Kamis, 28 Agustus 2014

BAB III DETEKSI DINI TERHADAP / KOMPLIKASI IBU DAN JANIN PADA KEHAMILAN MUDA DAN KEHAMILAN LANJUT




BAB III
DETEKSI DINI TERHADAP  / KOMPLIKASI IBU DAN JANIN PADA KEHAMILAN MUDA DAN KEHAMILAN LANJUT

PENDAHULUAN
1.   Deskripsi singkat
Pokok bahasan ini membahas tentang deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan  / komplikasi dalam kehamilan meliputi  : Perdarahan pervaginam , sakit kepala hebat, penglihatan kabur,bengkak diwajah dan tangan , keluar cairan pervaginam, gerakan janin tidak terasa, nyeri perut hebat.
2.   Manfaat
Dengan mengetahui tanda-tanda dini bahaya / komplikasi ibu dan janin, bidan dapat mengajarkan kepada ibu hamil dan keluarganya tentang tanda bahaya tersebut, menganjurkan segera petugas kesehatan klinik bila menemui tanda-tanda bahaya tersebut dan dalam melaksanakan asuhan dapat mengidentifikasinya untuk menegakkan diaknosa dan merencanakan asuhan.
3.   TIK
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini diharapkan mahasiswi dapat melaksanakan deteksi dini  tanda-tanda bahaya / komplikasi dalam kehamilan.

PENYAJIAN
Kehamilan merupakan hal yang fisiologi.Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi.Salah satu asuhan yang dilakukan oleh seorang bidan untuk menapis adanya resiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit yang mungkin terjadi dalam masa kehamilan muda meliputi perdarahan pervaginam, hypertensi gravidarum maupun nyeri perut bagian bawah.






A.    Tanda dini bahaya / komplikasi ibu dan janin pada masa kehamilan muda
1.   Perdarahan pervaginam
Perdarahan pervaginam pada kehamilan dapat terjadi pada kehamilan muda                    (Kehamilan kurang dari 22 minggu), dan kehamilan lanjut (kehamilan lebih dari 22 minggu). Perdarahan pada kehamilan muda dapat disebabkan oleh abortus.KET, dan molahidatidosa, perdarahan pada kehamilan lanjut dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri dan gangguan pembekuan darah.
a.Abortus
Pengertian
1)  Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup didunia luar kandungan ( Saifuddin,2000)
2)  Abortus spontan adalah abortus terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk megakhoiri kehamilan tersebut .terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran atau miscarriage.
3)  Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu dengan tujuan untuk mengakhiri proses kehamilan.terminologi untuk keadaan ini adalah keguguran,aborsi,atau abortus provakatus.
Jenis-jenis Abortus :
1)  Abortus imminnens
Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini , kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.Beberapa kepustakaan menyebutkan beberapa resiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam rahim .perdarahan yang sedikit pada hamil muda mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain misalnya  placetal sign yaitu perdarahan dari pembuluh darah sekitar plasenta.
Dasar diagnosis
a)               Anamnesis (kram perut,perdarahan sedikit dari jalan lahir)
b)              Pemeriksaan dalam (fluksus ada sedikit, ostium uteri tertutup, ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan,Perdarahan bercak hingga sedang, uterus lunak)
c)               Pemeriksaan penunjang (buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin,meragukan,buah kehamilan tidak baik, janin mati.)
2)  Abortus insipiens
Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak,kadang-kadang keluar gumpalan darah disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat diraba.Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera  dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan kontraindikasi. Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam cavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan  berlanjut menjadi abortus inkomplit.
Dasar diagnosis
a)               Anamnesis (disertai nyeri/kontraksi rahim,   kram atau nyeri perut bawah)
b)              Pemeriksaan dalam (perdarahan sedang hingga banyak,ostium uteri terbuka,ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan,ketuban utuh atau menonjol,belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi)
3)  Abortus inkomplit
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri melalui canalis servikalis Perdarahan sedang hingga banyak, dan membahayakan ibu.serviks terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang dianggap sebagai benda asing.oleh karena itu uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri namun tidaksehebat insipiens.Pada beberapa kasus perdarahan tidak banyak .
Dasar diagnosis
a)               Anannesis (kram perut bagian bawah,perdarahan sedang hingga banyak dari jalan lahir)
b)              Pemeriksaan dalam ( perdarahan sedang hingga banyak,serviks terbuka, teraba sisa jaringan buah kehamilan,ekspulasi sebahagian hasil konsepsi,ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan)
4)  Abortus komplit
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil   konsepsi telah dikeluarkan dari cavum uteri lahir dengan lengkap, pada keadaan ini kuretase tidak diperlukan .Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali ,karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai.Serviks dengan segera menutup kembali.kalau  10 hari setelah abortus masih ada perdarahan,abortus inkomplit atau endometritis pasca abortus harus diperkirakan.
Dasar diagnosis
a)               Anamnesis ( nyeri perut bagian bawah sedikit/tidak ada, perdarahan dari jalan lahir)
b)              Pemeriksaan dalam (perdarahan bercak, sedikit hingga sedang , serviks tertutup / terbuka , uterus lebih kecil dari usia gestasi, sedikit / tanpa nyeri perut bawah , riwayat ekspulsi hasil konsepsi.)
5)  Abortus infeksiosa/febrialis
Abortus yang disertai komplikasi infeksi .Adanya penyebaran kuman atau toksin kedalam sirkulasi dan cavum peritonium dapat menimbulkan septikemia, sepsis atau peritonitis
Dasar diagnosis
a)               Anamnesis (demam,perdarahan dari jalan lahir berbau)
b)              Ostium uteri umumnya terbuka dan teraba sisa jarigan 
6)  Missed abortion
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih.sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus imminens.selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin.abortus spontan biasanya berakhir selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati,kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali,janin akan lebih cepat dikeluarkan,namun sebaliknya jika kematian janin terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut,maka retensi janin akan berlangsung lebih lama.
Dasar diagnosis
a)               Anamnesis (perdarahan bisa ada / tidak,tanpa nyeri)
b)              Pemeriksaan fisik (buah dada mengecil,hilangnya tanda kehamilan,tidak ada bunyi jantung janin,BB menurun,TFU lebih kecil dari usia kehamilan)
c)               Pemeriksaan penunjang (USG,tanpak janin tidak utuh,dan membentuk gambar kompleks)
7)  Abortus tidak aman
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.

b.            KET
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi diluar endometrium kavum uteri .Hampir 90 % kehamilan ektopik terjadi dituba uteri . Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptura atau apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (Misalnya:Tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. Perdarahan pada kehamilan muda disertai syok dan anemia yang tidak sebanding dengan jumlah perdarahan yang keluar. Upaya diagnosis sangat tergantung dari belum atau sudah tergantungnya kehamilan ektopik.
Dasar diagnosis
1)  Anamnesis  (amenorhoe, mual, pusing, nyeri perut lokal atau menyeluruh bisa sampai pingsan atau nyeri bahu, perdarahan pervaginam, perut kembung (adanya cairan bebas intra abdomen)
2)  Pemeriksaan fisik
(Tanda syok hypovolemik(hypotensi, takikardi, pucat, anemis) nyeri  abdomen (perut tegang, nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen)
3)  Pemeriksaan genokologis (dengan pemeriksaan spekulum ada fluksus, sedikit (+)


4)  Pemeriksaan dalam
a)               Nyeri goyang serviks
b)              Korpus uteri sedikit membesardan lunak,nyeri pada perabaan
c)               Kanan dan kiri uterus nyeri pada perabaan dan dapat terba massa tumor
d)              Kavum doglas bisa menonjol karena berisi darah ,nyeri tekan positif.
5)  Pemeriksaan penunjang
a)               Laboratorium (Hb, Leukosit, Beta HCG)
b)              USG
(1) Tidak ada kantong kehamilan dalam kavum uteri
(2) Adanya kantong kehamilan diluar kavum uteri
(3) Adanaya massa kompleks di ruang panggul
c)               Kuldosintesis (untuk mengetahui adanya darah dalam kavum douglas)
Diagnosis laparaskopi
Diagnosis banding
1)  Abortus imminens
2)  Penyakit radang panggul ( akut atau kronik )
3)  Torsi kista ovari

b.            Molahidatidosa
Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh   jaringan seperti rangkaian buah anggur korialis  yang seluruhnya atau sebagian berkembang tidak wajar berbentuk gelembung seperti anggur.
Klasifikasi
1)  Molahidatidosa komplit
2)  Molahidatidosa persial
Faktor predisposisi
1)  Umur sangat muda dan tua
2)  Gizi kurang(kekurangan protein)
3)  Etnis
4)  Genetik
Dasar diagnosis
1)  Anamnesis  (amenorhoe, hyperemesis gravidarum, perdarahan)
2)  Pemeriksaan fisik ( uterus lebih besar dari usia kehamilan
3)  Resiko tinggi untuk terjadi keganasan (koriokarsinoma)
4)  Pemeriksaan menunjang (kadar Beta HCG lebih tinggi)USG didapatkan gambar gelembung vesikel
5)  Diagnosis pasti (klinis terlihat adanya gelembung mola yang keluar dari uterus,Pemeriksaan patologi anatomi.

2.   Hipertensi gravidarum
a.Hipertensi kronik
Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang sudah ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca salin
Dasar diagnosis
1)  Anamnesa
a)               Nyeri kepala
b)              Gangguan penglihatan
2)  Pemeriksaan fisik
Tekanan diastole > 90 mmHg
3)  Pemeriksaan penunjang
Protein urine ( - )
b.            Superimposed preeklampsi
Adalah hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan diperberat oleh kehamilan.
Dasar diagnosa
1)  Anamnesa
a)               Nyeri kepala
b)              Gangguan penglihatan
2)  Pemeriksaan fisik
Tekanan diastolic 90-110 mmHg
3)  Pemeriksaan penunjang
Protein urine < + +
A.    Tanda-tanda bahaya pada kehamilan lanjut
Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut  adalah perdarahan pada trimester dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan.
1.   Perdarahan pervaginam
a.Plasenta Previa
Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik .mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup.
Gejala – gejala
1)  Gejala perdarahan awal plasenta previa, pada umumnya hanya berupa perdarahan bercak atau ringan dan umumnya berhenti secara spontan.Gejala tersebut, kadang-kadang terjadi waktu bangun tidur. Tidak jarang perdarahan pervaginam baru terjadi pada saat in partu, jumlah perdarahan yang terjadi, sangat tergantung dari jenis plasenta previa.
2)  Bagian terendah janin sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah  rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul
3)  Pada palsenta previa,ukuran panjang rahim berkurang  maka pada plasenta previa lebih sering disertai  kelainan letak
4)  Gejala yang terpenting adalah perdarahan. tanpa nyeri,bisa terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja.
Deteksi dini
1)  Pengumpulan data (tanyakan pada ibu tentang karakteristik perdarahannya,kapan mulai, seberapa banyak, warnanya, adakah gumpalan dll)
2)  Pemeriksaan fisik
a)   Periksa TD,suhu,nadi dan DJJ
b)  Jangan melakukan pemeriksaan dalam dan pemasangan tanpon,karena hanya akan menimbulkan perdarahan yang berbahaya karena akan menambah kemungkinan infeksi
c)   Lakukan pemeriksaan luar eksternal,rasakan apakah perut bagian bawah lembut pada perabaan
d)  Pemeriksaan inspekulo dilakukan secara hati-hati,dapat menentukan sumber perdarahan berasal dari kanalis servikalis atau sumber lain seperti parises yang pecah,dan kelainan serviks (polip, erosi Ca)
3)  Pemeriksaan USG
a)   Diagnosis plasenta previa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan USG            (95-98 %)
b)  Dapat menentukan implantasi plesenta dan jarak tepi plasenta terhadap ostium.
4)  Pemeriksaan dalam di meja oprasi
a)   Jika USG tidak tersedia dan usia kehamilan 37 minggu,diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan pemriksaan dalam di meja oprasi dengan cara melakukan pembedahan plasenta secara langsung mulai pembukaan serviks
b)  Jika masih terdapat keraguan diagnosis,lakukan pemeriksaan digital dan hati-hati.

b.            Solusio plasenta (abruptio placenta)
a)   Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunnya.Secara normal plasenta terlepas setelah anak lahir.
b)  Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan.Defenisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram.Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua yang menyebabkan hematoma retroplasenter
Tanda dan gejala
1)  Darah dari tempat pelepasan keluar dari serviks dan terjadilah perdarahan keluar atau tampak
2)  Kadang-kadang darah tidak keluar,terkumpul dibelakan plasenta (Perdarahan tersembunyi/perdarahan kedalam)
3)  Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas (rahim keras seperti papan)karena seluruh perdarahan tertahan di dalam. Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok
4)  Perdarahan disertai nyeri,juga diluar his karena isi rahim
5)  Nyeri abdomen pada saat dipegang
6)  Palpasi sulit dilakukan
7)  Fundus uteri  makin lama makin naik
8)  Bunyi jantung biasanya tidak ada
Deteksi dini
Pengumpulan data
2)  Tanyakan pada ibu tentang karakteristik perdarahannya, kapan mulai, seberapa banyak, apa warnanya, adakah gumpalan dan lain-lain.
3)  Tanyakan pada ibu apakah ia merasa nyeri/sakit ketika mengalami perdarahan tersebut
Perdarahan keluar
Peradaran tersembunyi
1.   Keadaan umum penderita relatif lebih baik
2.   Plasenta terlepas sebagian atau inkomlit
3.   Jarang berhubungan dengan dengan hypertensi
1.   Keadaan penderita lebih jelek

2.   Plasenta terlepas luas, uterus keras/tegang
3. Sering berkaitan dengan hypertensi

c.    Gangguan pembekuan darah
Koagulopati dapat menjadi penyebab dan akibat perdarahan yang hebat. Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, perkembangan dapat dicegah jika volume darah dipulihkan segera dengan pemberian cairan infus (NaCl atau ringer laktat).
Gambaran klinisnya bervariasi mulai dari perdarahan hebat, dengan atau tanpa komplikasi trombosis, sampai keadaan klinis yang stabil yang hanya terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium.

2.   Sakit kepala yang berat
a.   Masalah
Wanita hamil mengeluh nyeri kepala yang hebat. Sakit kepala sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang – kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala preeklamsia.
b.   Deteksi dini
Pengumpulan data
Tanyakan pada ibu apakah ia mengalami edema pada muka / tangan atau masalah visual
c.    Pemeriksaan
1)  Periksa TD, protein urine, refleks dan edema / bengkak
2)  Periksa suhu, jika tinggi pikirkan untuk melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya parasit malaria

3.   Penglihatan kabur
a.    Masalah
Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur. Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal.
b.   Tanda dan gejala
1)  Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan kabur dan berbayang
2)  Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan preeklamsia.
c.    Deteksi dini
Pemeriksaan tekanan darah, protein urrine, refleks dan edema

4.   Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
a.    Penjelasan gejala dan tanda
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung dan preeklamsia.
b.   Deteksi dini
1)  Pengumpulan data
Tanyakan pada ibu apakah ia mengalami sakit kepala atau masalah visual
2)  Pemeriksaan
a)   Periksa adanya pembengkakan
b)  Ukur TD dan protein urine ibu
c)   Periksa haemoglobin ibu (atau warna konjungtriva) dan tanyakan tentang tanda dan gejala lain dari anemia).
5.   Keluar cairan pervaginam
a.       Batasan
1)     Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3
2)     Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung
3)     Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm
4)     Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala
5)     Pada proses persalinan bisa juga pecah saat mengedan
b.      Deteksi dini
Strategi pada perawatan antenatal
1)     Deteksi faktor resiko
2)     Deteksi infeksi secara dini
3)     USG biometri dan funelisasi
Trimester I deteksi faktor resiko, aktifitas seksual, pH vagina, USG, pemeriksaan gram, darah rutin, urine
a)         Pengumpulan data
(1) Dengan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna dan bau) dan membedakannya dengan urine
(2) Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
(3) Tentukan ada tidaknya infeksi
b)        Konfirmasi diagnosis
(1) Bau cairan yang khas
(2) Jika keluarnya cairan sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian


6.   Gerakan janin tidak terasa
a.       Masalah
1)     Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan
2)     Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke-5 atau ke-6 beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal
3)     Jika bayi tidur gerakannya akan melemah
4)     Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring untuk beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik
b.      Tanda dan gejala
Gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam
c.       Deteksi dini
1)     Pengumpulan data
Jika bayi sebelumnyta bergerak dan sekarang TIDAK bergerak, tanyakan pada ibu kapan terakhir bergerak
2)     Pemeriksaan
a)         Raba gerakan bayi
b)        Dengarkan DJJ
c)         Jika pemeriksaan radiologi tersedia konfirmasi kematian janin setelah 5 hari
d)        USG merupakan sarana diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin.

7.   Nyeri perut Hebat
a.       Masalah
1)     Wanita mengeluh nyeri perut pada kehamilan muda (< 22 minggu), kehamilan lanjut ( > 22 minggu), atau pasca persalinan
2)     Nyeri perut dapat merupakan gejala penyakit atau komplikasi yang fatal
3)     Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang seyelah beristirahat
4)     Hal ini berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantung empedu, uterus yang irritable, abrupsio plasenta, ISK atau infeksi lain.
b.      Deteksi dini
1)     Pengumpulan data
a)         Tanyakan pada ibu tentang karakteristik dan nyeri, kapan terjadi, seberapa hebat, kapan mulai dirasakan
b)        Tanyakan pada ibu apakah ia mempunyai tanda dan gejala lain seperti muntah, diare dan demam
2)     Pemeriksaan
a)         Ukur TD, suhu dan nadi
b)        Lakukan pemeriksaan eksternal (luar), pemeriksaan internal (dalam), raba kelembutan abdomen atau rebound tenderness (kelmbutan yang berulang)
c)         Periksa protein urine

B. Deteksi dini nyeri perut pada kehamilan muda
1.   Kista ovarium
a.    Dasar diagnosis
Anamnesa
1)  Nyeri perut
2)  Perdarahan ringan
b.   Pemeriksaan fisik
Teraba massa tumor
2.   Apendisitis
a.    Dasar diagnosis
Anamnesa
1)  Nyeri perut bagian bawah
2)  Demam
3)  Nyeri lepas
4)  Mual dan muntah
5)  Anoreksi 

b.   Pemeriksaan fisik
1)  Perut membengkak
2)  Nyeri di atas McBurney
c.    Pemeriksaan penunjang
Leukositosis
3.   Sistitis
a.    Dasar diagnosis
Anamnesa
1)  Disuria
2)  Sering berkemih
3)  Nyeri perut
b.   Pemeriksaan fisik
Nyeri retro / suprapubik
4.   Pielonefritis akut
Dasar diagnosis
Anamnesa
                             1)            Disuria
                             2)            Demam tinggi / menggigil
                             3)            Sering berkemih
                             4)            Nyeri perut
5.   Nyeri perut pada kehamilan muda
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala pada kehamilan ektopik atau abortus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar